Yuhu~ tugas creative writing akhirnya rampung juga. Mengusung tema romance yang agak sedikit tragis, cerita pendek berjudul Gladiol pun berhasil daku selesaikan.
Setelah melalui proses editing yang cukup sengit agar cerita pendek yang merupakan tugas UTS ini sesuai dengan kriteria pak dosen, Gladiol pun siap untuk di kumpul !
7 Halaman dengan jumlah karakter (termasuk spasi) sebanyak 14,973 (Jumlah karakter yang banyak untuk sebuah cerpen), koreksi pada alur cerita, dialog yang kurang penting dan bahasa Jawa yang menurut pak Dosen kurang tepat untuk digunakan dalam cerita ini, Gladiol berhasil menjadi contoh yang baik.
Outline Gladiol menjadi contoh yang baik untuk sebuah konflik batin, dan judulnya sempat mendapat kritik. Awalnya cerpen ini berjudul memories namun judul tersebut dirasa kurang kuat dan terlalu general. Hingga akhirnya di saat-saat terakhir akan di print (D-day) tercetuslah judul Gladiol.
Gladiol ini aslinya adalah nama sebuah bunga, yang mana di cerpen ini saya jadikan sebagai nama sebuah cafe tempat dimana si tokoh utama bertemu dengan pujaan hatinya.
Kenapa Gladiol ?
Thanks to my virtual sister, kak Anggi yang berhasil memberikan informasi tentang bunga ini. Berawal dari sekedar curhat, sekiranya apa sih 'sesuatu' yang berhubungan dengan kenangan ? Tercetuslah bunga. Karena saya juga suka bunga sih ;p
Iseng, kak Anggi searching bunga yang berhubungan dengan kenangan dan menurut salah satu blog, Gladiol adalah bunga yang berarti kenangan. Dari informasi tentang Gladiol ini pula, saya dapat ide untuk setting waktu ^^
Inspirasi...
Ketika berbicara soal inspirasi, maka itu berhubungan dengan contoh yang pernah diceritakan oleh pak Dosen. Beliau bercerita tentang cerpen yang bercerita soal kehidupan seseorang selama satu hari. Jadi saya terobsesi untuk membuat cerita dengan alur yang cepat dan setting tempat yang tidak terlalu banyak.
Dan saya sangat suka dengan cerita yang berakhir tragis dan menggantung, semacam puas menyiksa pembaca dengan rasa penasaran dan tidak puas nyahaha~!
Saya ingin membuat cerita sederhana dengan konflik batin, dan tercetuslah ide cerita ini dimana si tokoh utama jatuh cinta pada seorang wanita, menatapnya dalam diam hingga akhirnya memberanikan diri untuk menyapa dan akhirnya memutuskan untuk langsung meminangnya tetapi ada sebuah kenyataan yang membuatnya terkejut dan memberikan sebuah hantaman besar dalam hidupnya.
Setting...
Saya mengambil setting kota Balikpapan, kenapa ? Mungkin sedikit banyak, saya pengen memperkenalkan diri sebagai seorang mahasiswi perantau~ banyak yang mengambil setting di kota Jawa dan luar negeri tetapi saya tetap konsisten untuk mengambil Balikpapan--My hometown
Berbicara soal tempat kejadian, saya teringat masa-masa liburan beberapa bulan lalu hiks. Sempat berkunjung disalah satu kafe dengan teman-teman, saya jadi terfikir untuk mengambil setting di sebuah kafe. Tempat yang tidak terlalu luas, sempit namun tempat tersebut memungkinkan dan paling sering dijadikan tempat untuk mengamati orang sekitar secara diam-diam
Karakter...
Well, ini juga berkaitan dengan hobi saya yang suka mengamati keadaan disekitar sehingga karakter yang saya bentuk pun juga sedikit banyak tercermin dari karakter saya. Karakter utama saya adalah seorang lelaki, karena saya selalu suka membaca cerita romance dimana sudut pandang yang dijabarkan adalah sudut pandang pria.
Kalau perempuan menjabarkan bagaimana dia jatuh cinta, saya rasa itu sudah biasa. Beda halnya dengan laki-laki, pengalaman saya memiliki beberapa teman laki-laki yang bercerita tentang bagaimana mereka tertarik dengan lawan jenis lah yang menjadi faktor kenapa saya suka ketika tokoh utama itu adalah seorang lelaki.
Mereka bukan tipikal lelaki romantis, mereka bercerita menggunakan kalimat yang biasa dan terkesan polos tapi menurut saya itulah, seni nya. Karena kalimat-kalimat tersebut murni tanpa dibuat-buat.
They're cute when telling the truth...
Seperti yang saya bilang, karakter ini punya beberapa kesamaan dengan saya sehingga memudahkan saya untuk menjabarkannya. Dia tipikal lelaki yang diam dan tidak banyak bicara (untuk yang satu ini adalah karakter saya ketika berada disebuah lingkungan baru), bukan tipikal romantis (ya ini saya akui sebelum saya mulai bersentuhan dengan drama-drama korea), suka menggambar sketsa (salah satu hobi saya adalah menggambar tapi bukan sketsa, saya suka melihat seniman yang mahir menggambar sketsa >w<) dan suka mengamati keadaan sekitar (ini adalah hobi utama saya ketika ada di keramaian)
Sedangkan untuk nama tokoh, Lian Prasetya adalah nama favorite saya XD
saya ingat dulu pernah membuat cerita dengan nama tokoh ini (Sayangnya cerita itu sudah musnah entah kemana -___-)
dan saya juga terinspirasi dari sebuah novel hadiah dari seorang teman jauh. Novel karya Winna Effendi, Now and Then tetapi disitu, tokoh Lian adalah seorang wanita~
Yoga, nama ini tercetus begitu saja. Mungkin karena disekitar saya ada beberapa orang dengan nama ini~ HAHAHA.
Maya, sebenarnya nama ini adalah nama salah satu teman saya sewaktu SD dan masih saling keep in touch sampai sekarang. Maya, berarti tidak nyata... Ini ada kaitannya dengan apa yang dialami tokoh utama di Ending.
Konflik yang saya pilih adalah konflik batin, karena konflik ini yang sering terjadi di kehidupan (cihiy) dan konflik antara sahabat dan percintaan (well, kalo yang ini klise lah ya)
Yah, at least tugas yang satu ini bisa terselesaikan dengan baik, dan semoga hasilnya juga baik ya haha. I have no intention to be the best but at least I already gave my best...
banyak quotation yang aku dapat dari kelas ini tentang how to write a good story,
Menulis tentang hal yang pernah kita alami meskipun begitu, ada bumbu-bumbu fantasi yang perlu ditambahkan agar kisah tersebut tidak terkesan monoton. We expect a high quality ending not a cliche one. Dan ketika mood menulis itu hilang, satu-satunya cara mengatasinya adalah dengan tetap menulis. Karena nantinya 'gak ada mood' itu justru bisa menjadi inspirasi untuk menciptakan karya. Kita punya waktu untuk melakukan hal lain seperti online, membaca, belanja itu tandanya kita punya waktu lebih untuk menulis. Jadi jangan jadikan 'gak punya waktu, dan gak ada mood' sebagai alasan untuk tidak menulis.
kamar nomor tiga, duapuluhtiga oktober,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar